Resensi Buku

Rapijali


Ping merasa puas dengan segala yang telah ia miliki. Tinggal di Pantai Batu Karas dengan damai, di tepi Sungai Cijulang, rumah yang penuh alat musik. Oding — sahabat terbaiknya, Yuda Alexander — kakek yang sangat menyayanginya, dan band D’brehoh yang menjadi tempatnya mencari kegembiraan. Namun Ping merasa tertinggal dengan Oding yang mempunyai wadah untuk bakatnya. Sedangkan Ping dengan bakat musiknya yang istimewa tidak berani bercita-cita dan gelisah akan masa depannya. Menuruti kemauan kakeknya, Ping pindah ke Jakarta dan tinggal bersama dengan calon gubernur. Meski bukan kehidupan seperti itu yang ia inginkan, ia mulai beradaptasi karena di sana, lah, ia bisa menyalurkan bakatnya dan kembali berani bercita-cita. Menghadapi sekolah baru, kawan-kawan baru, dan tantangan baru. Dan akhirnya Ping mendapat teman untuk membentuk band yang bernama Rapijali. Mungkinkah Ping menemukan sesuatu yang ia cari? Jakarta, Rapijali, calon gubernur? Ping tidak menyangka bahwa hidupnya akan serumit ini.

Kelebihan 

Novel Rapijali 1: Mencari, memiliki bahasa yang mudah dimengerti dan memiliki terjemah dari bahasa daerah yang tertulis dalam  novel. Alur cerita yang menarik dan banyak mengandung komedi dapat menggelitik perut. Terdapat banyak lagu-lagu yang bisa membuat pembaca ikut bernyanyi. Cocok dibaca oleh penyanyi atau musisi dan semua orang yang menyukai tentang musik.

Kelemahan

Buku ini memiliki 2 buku lanjutan (Rapijali 2: Menjadi dan Rapijali 3: Kembali), yang mungkin tidak cocok untuk pembaca yang tidak menyukai cerita yang terlalu panjang. Pembaca yang tidak mengerti tentang alat musik sama sekali, bisa kebingungan membaca kalimat-kalimat yang berbau alat musik.

Oleh : Nanda Ayudya

Resensi Lainnya

...

Oleh : Fivi Fiana

...

Oleh : Asna Tri Seftiani

...

Oleh : Natasya Naysila Bunga Rosyana

...

Oleh : Evi Nur Alisa

...

Oleh : Alfina Nur Hara

...

Oleh : Syafa Nabila

...

Oleh : Natasya Naysila Bunga Rosyana

...

Oleh : Syafa Nabila