Resensi Buku

Tentang Kamu

Judul buku : Tentang Kamu
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika Penerbit
Tahun terbit : 2016
Jumlah halaman : 524 halaman


Dia tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi dia akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi. Kata tersebut sangat menggambarkan bagaimana kehidupan Sri Ningsih, tokoh utama dalam cerita ini. Bermula dari seorang pengacara muda dari Thompson & Co bernama Zaman Zulkarnaen yang ditugaskan untuk mencari ahli waris dari Sri Ningsih, seorang Wanita dengan kekayaan 19 triliun rupiah dan termasuk 100 orang terkaya di inggris.

Pencarian Zaman berawal dari panti jompo di Quay d’Orsay, paris. Tempat terakhir Sri Ningsih berkelana. Di panti Zaman bertemu Aimee, seorang penjaga panti. Lewat aimee Zaman mendapatkan buku diary Sri yang membuka juz pertama kehidupan Sri dari tahun 1946-1960. Lewat diary tersebut Zaman diarahkan ke sebuah pulau terpadat di dunia yaitu Pulau Bungin, Sumbawa. Tempat kelahiran Sri Ningsih. Salah satu tempat pemilik ruang terbesar hati Sri. Tempat dimana dia bertemu sekaligus ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Tempat kelam yang mempertemukan dia dengan ibu tirinya, Nusi Marrata. Dan tempat dimana dia harus mengalami kehilangan yang tak berkesudahan, kehilangan yang bahkan setiap orang yang mendengarnya akan merasa iba. 

Lewat kepergiannya ke pulau Bungin, Zaman bertemu dengan Pak Tua dan Ode sahabat kecil Sri. Pak Tua merupakan salah satu tokoh desa yang tahu persis kehidupan Sri dahulu kala. Dari Pak Tua, Zaman mendapat secercah petunjuk bahwa setelah kematian ibu tirinya, Sri dan adiknya pergi menuntut ilmu ke Madrasah Kyai Ma’sum yang ada di Surabaya. 

Dari petunjuk tersebut Zaman bisa membuka juz kedua kehidupan Sri Ningsih. Sepenggal kehidupan Sri yang mampu menggoreskan luka teramat dalam. Di Madrasah, Sri mendapatkan penghianatan yang teramat dalam. Penghianatan dari sahabatnya sendiri, penghianatan yang berhasil memisahkan dirinya dengan Tilamuta, adiknya. Porak poranda sudah kehidupan Sri yang menyenangkan beralih menyedihkan. 

Setelah peristiwa kelam itu, Sri memutuskan untuk pergi ke ibu kota. Dengan keteguhan hatinya ia mencoba membuka bisnis sabun “Rahayu” di sana, hingga setelah bisnisnya sukses dan menguasai 10% pasar sabun di Jakarta, entah apa yang dipikirkan, Sri menjual pabrik tersebut dan sebagai gantinya ia meminta 1% saham global Perusahaan raksasa dunia.

Dengan modal seadanya ia pergi ke London dan bekerja sebagai sopir bus, ia tak membawa sepeserpun uang dari saham yang ia punya.  Sungguh berbeda dengan kehidupannya di Jakarta apalagi dengan di pulau Bungin, nyaris berubah 180 derajat. Entah apa yang dipikirkan hingga memutuskan untuk melakukan hal ini. Sedalam apa luka di hatinya hingga ia seyakin itu untuk berkelana ke negri orang. Siapa sangka, di sela-sela mengemudi ia bertemu dengan Hakan Karim. Seseorang yang mampu meluluhkan hatinya yang bahkan untuk tertarik pun rasanya sulit. Perjuangan Hakan tidak main-main untuk mendapatkan Sri hingga akhirnya mereka menikah. Di tengah-tengah pernikahan, lagi dan lagi hal yang tak terduga terjadi. Sri keguguran sekaligus kehilangan suaminya akibat sakit. Semua hal terjadi begitu cepat tanpa aba-aba. 

Bagai kehilangan setengah jiwanya, Sri memutuskan pergi ke Paris, dan tinggal di Panti Jompo yang kelak akan menjadi tempat persinggahan terakhirnya. Dia dikenal sebagai pribadi yang ceria, cerdas dan suka menolong. Di panti ia mengajar seni tari, hingga pada akhirnya ia jatuh sakit dan meninggal dengan mengaitkan kenangan yang teramat baik bagi penghuni panti. Pencarian Zaman berakhir lewat surat yang dikirimkan Sri ke sahabatnya, Nuraini. Dengan ahli waris jatuh ketangan orang-orang yang berjasa di hidup Sri. Seperti Ode, Nuraini sahabatnya di Madrasah, Aimee, Chaterine karyawan di Perusahaan sabun, Lucy teman sesama pengemudi bus, dan yang lainnya. Begitu banyak hal yang di alami seorang Sri Ningsih, yang dengan tabahnya berdamai dengan keadaan yang tidak mengenakkan apalagi menguntungkan.

Kelebihan

  1. Diksi yang dipilih mampu membuat pembaca membayangkan kejadian dan merasakan apa yang dialami tokoh.
  2. Berisi pesan moral yang berarti untuk kehidupan sehari-hari. Tentang bagaimana kita harus menghadapi masalah, belajar memaafkan dan berdamai dengan keadaan.
  3. Alur cerita jelas dan runtut.

Kekurangan

  1. Cover buku kurang menarik. Terlihat pucat. Lebih baik cover buku dibuat lebih variatif dan berwarna. Agar pembaca tertarik untuk membaca.
  2. Keterangan pada belakang cover buku kurang spesifik. Lebih baik ditambah sedikit cuplikan cerita.
  3. Bisa ditambahkan beberapa  foto tempat atau suasana agar pembaca bisa lebih merasakan atmosfer dari setiap adegannya.

Oleh : Salma Fadila

Resensi Lainnya

...

Oleh : Fivi Fiana

...

Oleh : Asna Tri Seftiani

...

Oleh : Natasya Naysila Bunga Rosyana

...

Oleh : Nanda Ayudya

...

Oleh : Evi Nur Alisa

...

Oleh : Alfina Nur Hara

...

Oleh : Syafa Nabila

...

Oleh : Natasya Naysila Bunga Rosyana